SELIKURAN
: TAHLIL KUBUR UNTUK SANG WALI
Indonesia merupakan negara yang besar dan terdapat ribuan pulau di dalamnya. Memiliki beragam budaya dan
tradisi, salah satu di antara sekian banyak adalah tradisi Selikuran yang terdapat di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Selikuran
dalam hal ini berarti haul (haulun),
yaitu acara yang dilakukan setiap satu tahun sekali untuk memperingati hari
wafatnya Wali Allah Khasan Munadi yang merupakan tokoh penyebar agama islam di
Desa Nyatnyono dan sekitarnya.
Tradisi Selikuran menurut juru kunci
setempat H. Murtadho, sudah ada sejak juru kunci pertama sampai sekarang. Selikuran di dalam agama islam merupakan hal yang tidak
disyariatkan tetapi merupakan suatu bit’ah.
“Bit’ah adalah hal-hal yang
boleh dilakukan dan boleh untuk tidak dilakukan, jika dilakukan akan
mendapatkan pahala dan jika tidak dilakukan tidak akan mendapatkan pahala,” kata Murtado.
Ia menjelaskan Bit’ah ada dua macam, bit’ah
khasanah dan bit’ah dlolalah. Bit’ah khasanah adalah bit’ah yang jika
dilakukan akan mendapatkan pahala, sedangkan bit’ah dlolalah adalah bit’ah
yang tidak boleh dilakukan, karena sudah menyimpang dari ajaran agama. Selikuran itu sendiri merupakan bit’ah khasanah yang bila dilakukan akan
mendapatkan pahala.
Ia mengatakan Tradisi Selikuran dilakukan dengan cara tahlil kubur yang dilakukan oleh warga Desa Nyantnyono dan sekitarnya pada malam ke-20 bulan
Ramadhan, sedangkan orang – orang yang berasal dari luar Desa Nyatnyono setelah malam 21.
“Haul tidak
boleh dilakukan pada saat malam ke-21, tetapi boleh dilakukan pada malam sebelum malam ke-21 atau sebaliknya
setelah malam ke-21,” kata Murtado.
Lanjut dia, malam – malam tersebut tidak
boleh dijadikan sebagai patokan dalam melakukan Haul.
“Tahlilan dahulu kala dilakukan di makam Wali Allah Khasan Munadi, tetapi seiring
perkembangan zaman dan semakin bertambahnya peziarah yang datang setiap
tahunnya, tahlilan dilakukan di pelataran makam,” kata Murtado.
Selain itu, diadakan acara pengajian dalam rangka Haul Wali Allah Khasan Munadi. Usai pengajian masyarakat diajak bersama - sama makan nasi tumpeng yang sudah disediakan oleh warga Desa Nyatnyono.
“Wafatnya Wali
Allah Khasan Munadi tidak ada yang tahu kapan pastinya, wallahhu a’lam, hanya saja meninggalnya pada bulan Ramadhan,” kata Murtado.
Ia menuturkan makna Selikuran adalah
memperingati 1 tahun wafatnya Wali Allah Khasan Munadi dan wafatnya bertepatan pada bulan
Ramadhan. Selain itu tradisi ini
dilakukan untuk mengenang jasa – jasa beliau karena telah
berjuang dalam menyebarkan dan menegakkan agama islam di Desa Nyatnyono dan sekitarnya, serta mengambil hikmah dari perjuangannya tersebut.
(Sebuah Catatan Studi 2010)
![]() |
Pintu masuk menuju makam |
![]() |
Nasi Tumpeng yang disediakan untuk dimakan bersama - sama |
![]() |
Warga saling bahu membahu membagikan nasi tumpeng. |
![]() |
Tampak anak - anak kecil bertopikan kantung plastik gembira menjelang makan tumpeng bersama. |
![]() |
"Kenyang dalam Lelap" Instagram @shidiq_laksananto |
![]() |
"Bonus Pesta Kembang api dan Kilat" |
0 comments:
Post a Comment