YOGYAKARTA

SUDUT-SUDUT KOTA YOGYAKARTA

 
kantongcatatan.blogspot.com
Sabtu, 27 Desember 2014 pukul 10.30 wib kami berangkat dari Semarang menuju Yogyakarta, rute yang kami lewati adalah Semarang – Ungaran – Salatiga – Boyolali – Klaten – Jogja. Seperti trip – trip ku sebelumya transportasi yang  digunakan yaitu si hitam kesayang ku motor  tahun 2003, teman yang selalu menemaniku kemana-mana.
     Pukul 11.30 kami tiba di Boyolali, kami istirahat sekaligus mencicipi kuliner di warung makan “Warteg”, tepatnya dari arah salatiga menuju Solo kiri jalan setelah pom bensin, mudah untuk menemukannya, karena terpampang jelas dengan tulisan besar mengarah jalan raya “WARTEG”. Warteg menjadi tempat peristirahatan pertama kami sekaligus untuk menunaikan shalat dhuhur. Tempat itu kami pilih karena si Kung sudah terbiasa makan di sana dengan keluarganya ketika pergi ke arah Solo maupun pulang ketika melewatinya. Bicara soal rasa lumayan lah untuk mengobati perut lapar. Menu makan yang ku pilih adalah pecel dengan lauk ayam goreng, ayam kampung lebih tepatnya, jangan tanya rasanya,.. emm enak tenan. Minumnya ku pilih susu murni hangat, alasan ku memilih susu murni, karena susu murni merupakan salah satu khas dari Boyolali, dan Boyolali merupakan penghasil susu sapi terbesar di Jawa Tengah. Menu pilihan si Kung nasi bestik dan soup daging sapi. Tak lupa karena saking segar dan enaknya susu tersebut, kami memesan satu bungkus susu sapi untuk kami minum selama perjalanan.
      Sekitar pukul 13.15 kami meneruskan perjalanan, motor ku pacu berharap dapat menikmati suasana sunset di Jogja, sesampainya di jalan lingkar, tetes demi tetes air turun dari langit dan semakin deras. Kami berhenti sejenak untuk berteduh dan memakai jas hujan, membungkus tas ransel dengan plastik. Sekitar pukul 15.00 kami sampai di Jogja berharap sunset dapat kami nikmati dan sepertinya keberuntungan belum berpihak dalam trip ini, karena hujan yang tak kunjung reda.
Sore itu pun hujan mengguyur kota Jogja begitu lama, kami berkeliling kota untuk mencari penginapan. Sesampainya di jalan menuju malioboro kondisi lalu lintas mulai padat merayap. Kami berkeliling mencari penginapan di sekitar malioboro, hotel demi hotel, dari hotel berbintang hingga
kelas melati kami sambangi penuh semua, hampir 5 kali kami berkeliling “I,m sorry full” salah satu tulisan di depan pintu hotel. Pukul 17.30 mencoba sedikit agak menjauh dari Malioboro dan kebanyakan sudah penuh.
kantongcatatan.blogspot.com
     Lelah, lapar dan kedinginan bercampur menjadi satu, setiap gang kami masuki. Jalanan di kota jogja kami susuri, entah itu jalan menuju kemana gas motor terus ku tarik, hingga pada akhirnya ada hotel yang masih kosong dan tersisa satu kamar. Kami mencoba untuk melihat kondisi kamar tersebut, ya lumayanlah untuk tempat beristirahat kami. Hotel Pelangi berlokasi di jalan K.H. Wakhid Hasim No.99, tarif yang dikenakannya permalam Rp. 175.000, sudah termasuk fasilitas tv, ac, dan kamar mandi dalam.
Pukul 19.20 wib perut mulai keroncongan bak koser, keadan di luar hujan belum juga reda kami putuskan untuk mencari makan. Tercetus ide untuk makan di warung raminten katanya sih kurang lengkap kalau nggak nyobain makan di sana.
      The House of Raminten itulah namanya, lokasinya di jalan Faridan M Noto no. 7 kota baru – Yogyakarta (samping mirota bakery). Suasana ramai tampak dari kejauhan ketika kami memarkirkan motor. Ini merupakan kali kedua ku datang untuk mencicipi kuliner yang menurut ku unik. Cara makan di raminten cukup unik, mirip mengantri di dokter.
kantongcatatan.blogspot.com
Pertama, tamu datang harus mendaftarkan diri di receptionist, kami di tanya untuk berapa orang dua orang atau rombongan. Hal ini dilakukan mungkin untuk disesuaikan dengan pembagian tempat duduk setiap tamu. Untuk waktunya setiap tamu tidak dibatasi, jadi kesadaran diri kita buat menghargai orang lain. Entah itu mau tongkrong dulu atau hanya sebatas ingin ngobrol. Nah ini yang membikin salah satunya unik di sini, selain itu juga akan mengajarkan kita untuk menghargai sesama tamu yang mengantri (tenggang rasa). Serukan…
       Kami mendapatkan antrian ketujuh, tak mengapalah walaupun perut sudah nggak sabar dan berkeroncongan ria kami sabar menanti. Kami dipersilahkan duduk di kursi yang memang sudah di persiapkan untuk para tamu. Hampir satu jam kami menunggu giliran dipanggil, karena memang sangat ramai waktu itu. Akhirnya giliran kami di panggil juga senang mendengarnya, berharap rasa dari masakannya setimpal dari penantian kami. Pelayan mengarahkan kami ke meja perjamuan. Tempatnya lesehan, unik, asik dan terdapat ornamen – ornamen  adat Jawa, juga ada kereta yang berada di dalamnya. Kemudian kami disodori berbagai menu hidangan, dengan penyebutan yang unik – unik dan beragam. Kami agak bingung juga memilihnya saking banyaknya.

kantongcatatan.blogspot.com
Aku memilih nasi kucing tripel (3 nasi putih, sambal teri, tempe kering, dan telur dadar), minumnya susu jahe anget, pas diminum dikala hujan seperti saat ini. Si kung memilih nasi goreng spesial hati (salah satu menu favorit baginya), dan minumnya teh susu segar panas. Cemilannya kami memilih gorengan mendoan. Sistem pembayarnnya di tempat, begitu pelayannya sudah menulis di nota dibayarkan saat itu juga. Penyajian makanannya cepat, kami tidak begitu menunggu lama dan makanannya sudah siap di santap. Nilai plus lagi, dalam hal pelayanan karena cepatnya penyajian hidangan  tidak selama mengantri.
kantongcatatan.blogspot.com        Sudah sekitar satu jam kami disini, perut sudah terisi kenyang,  konser kroncong perut pun telah usai. Kami beranjak dari meja perjamuan, sebelum itu aku mau ke toilet dulu. Melintas ke toilet aku kaget karena melewati kandang kuda, mungkin ada sekitar lima kuda di sana. Kemudian aku mengajak si kung untuk menunjukan kalau ada kuda. Dia pun terkejut dan beberapa saat kami melihat – lihat kuda tersebut. Bener – bener unik memang warung  raminten ini.
Pukul 21. 45 wib hujan belum juga reda, jas hujan menjadi pelindung setia kami dari guyuran air. Berkeliling kota dan menikmati malam minggu, terlihat pedagang di lapak – lapak di malioboro mulai berkemas, tanda aktivitas jual beli mulai usai pada hari itu dan di mulai lagi pada ke esokan harinya. Rencana kami pada malam itu ingin menikmati seduhan kopi jozz, tapi apa boleh di kata, hujan begitu setianya dan kami putuskan untuk kembali kepenginapan dan beristirahat.
Next Trip… 28/12/2014 
      Trip hari kedua, sayup – sayup aktivitas di jalanan mulai terdengar. Rencana ingin bangun pagi dan berkeliling kota batik itu pun gagal. Kami bangun kesiangan, entah mungkin kami kelelahan seharian perjalanan kemarin di tambah dengan guyuran hujan. Pukul 09.00 kami selesai mandi dan bersiap – siap. Tujuan kami pertama mencari sarapan, jalan demi jalan kami susuri. Hingga kami sampai di UGM (Universitas Gajah Mada) teringat dalam memori ingatan Jogja terkenal dengan gudegnya. Si kung memiliki ide untuk merekomendasikan sarapan kami di gudeg langganannya ketika dia dan keluarganya berkunjung ke Jogja.
kantongcatatan.blogspot.com
     
      Gudeg Bu Amad terletak di belakang UGM, Fakultas Hehutanan. Kami datang dan duduk di meja, kemudian memilih menu yang di tawarkan. Gudeg pun datang saatnya sarapan. Soal rasa lumayan enak, rekomendasi yang lumayan. Perut kenyang, tujuan selanjutnya si kung mengajak ke museum 3 D. sebelumnya kami sudah mencari informasi di mbah google letak dan lokasi museum tersebut yaitu terletak di XT Square jalan Veteran – Pandeyan, Yogyakarta. Google map pun beraksi, kecanggihan aplikasi satu ini patut di acungi jempol. Jalanan jogja kami susuri, setiap rambu – rambu kami perhatikan secara cermat, takut memasuki jalan satu arah dan kena tilang. Jogja memang banyak jalan satu arahnya, ditambah kami juga yang buta arah hanya bermodalkan gadget di tangan. Dua puluh menit kami menyusuri jalanan dan akhirnya sampai juga di tempat tujuan kami. Pertama kali masuk kami agak bingung karena tempatnya masih sepi. Kami pun bertanya – tanya (apa kita salah masuk, kok sepi. Apa kita datang terlalu awal). Kami berjalan menuju salah satu gedung yang sepertinya lokasi museum berada.
kantongcatatan.blogspot.com
Kami masuk gedung menuruni anak tangga yang seperti lorong dan memang betul itu tempatnya. Kami membeli tiket masuk terusan museum 3D dan museum patung seharga Rp. 75.000,-. Tempatnya menarik, tapi meleset dari pemikiran ku tentang 3D. Ruangan demi ruangan kami masuki dan tak lupa kami mengabadiakan setiap moment di sana. Memasuki museum patung kami di suguhi patung – patung yang mirip dengan manusia, dan patung – patung tersebut mirip dengan tokoh – tokoh dunia, ada patung yang mirip dengan para presiden RI, tokoh bintang Hollywood, dan tokoh – tokoh lainnya. Sekitar dua jam kami berada di musem tersebut.
     Waktu menunjukan pukul 12.40 wib saat kami menunaikan shalat dhuhur. Setelah sholat kami meneruskan ke tempat berikutnya yaitu Tamansari. Sudah lama aku penasaran dengan Tamansari, tempat apa dan untuk apa Tamansari itu sebenarnya, dan kali ini aku tidak mau menyia – nyiakan kesempatan untuk berkunjung ke Tamansari. Tamansari merupakan salah satu dari sekian banyak situs peninggalan sejarah yang ada di Yogyakarta. Taman sari adalah bekas taman istana atau kebun istana kraton Yogyakarta. Tempat ini didirikan sekitar tahun 1758 – 1765 periode Sultan Hamengku Buwono I (Wikipedia). Memasuki kawasan Tamanasari kami tidak di kenakan biaya alias gratis, hanya membayar uang parkir saja Rp. 2000,-. Sebenarnya ada banyak jalan menuju Tamansari, entah yang kami masuki itu jalan depan atau belakang. Kami memasuki area Tamansari di sambut dengan hiasan dari bambu yang dirangkai sedemikian rupa hingga mirip membentuk sebuah pohon, sebuah karya seni buatan anak manusia. Di belakang karya seni tersebut terdapat sebuah tribun yang sepertinya tempat untuk sebuah pertunjukan kesenian dengan latar belakang bangunan Tamansari. Langkah demi langkah kami susuri, letak Tamansari berada di tengah – tengah permukiman penduduk. Kami memasuki lorong – lorong yang saling terhubung. Saya kagum dengan arsitektur bangunan tersebut, terdapat sebuah bangunan bertingkat, di tengah – tengahnya terdapat tiga anak tangga yang menuju ke tengah dan menghubungkan ke satu anak tangga yang menuju ke atas.
kantongcatatan.blogspot.com
Semakin jauh melangkah diantara lorong dan permukiman penduduk, terdapat bangunan seperti gedung berlantai dua dengan keadaan yang melukiskan usianya. Terdapat bangunan yang memang dipagar agar orang tidak bisa masuk karena sudah berumur. Masuk lebih jauh lagi kami memasuki kolam yang terlihat seperti kolam pemandian. Terdapat tiga kolam, dua berjejer dan satu dibalik bangunan yang sepertinya kolam yang di khususkan. Setelah puas berkeliling dan mengambil setiap moment, tak terasa irama merdu dan berkeroncongan mulai terdengar dari perut pertanda lapar. Hehehe
kantongcatatan.blogspot.com
kantongcatatan.blogspot.com

      Pukul 15.15 wib kami keluar dari kawasan Tamansari dan mencari makan siang. Tak jauh dari kawasan Tamansari kami melihat warung makan mie yamin, kami putuskan untuk makan di sana. Setelah perut kenyang kami berdiskusi sebentar dan kami putuskan untuk mengakhiri trip kali ini di Jogja. Kami kembali ke penginapan untuk beristirahat sebentar dan setelah shalat magrib kami pulang ke Semarang, rute yang kami tempuh sama dengan rute keberangkatan. Sebenarnya ada dua rute yang dapat di pilih jalur Magelang dan jalur Klaten. Kami memilih jalur Klaten karena menghindari kemacetan yang biasa terjadi sekitar Temanggung, apalagi hari itu merupakan hari minggu yang biasanya bersamaan dengan kepulangan para rombongan wisata.
Itulah salah satu cerita jejak langkah ku,..









Datangilah tempat – tempat di negeri ini 
dan ceritakan pada mereka, 
kecantikan negeri ini 
INDONESIA.
kantongcatatan.blogspot.com

Share on Google Plus

About Kantong Catatan

Hai, terimakasih sudah berkunjung di laman saya. Perkenalkan saya M. Shidiq laksananto, senang menjalin pertemanan dengan siapa saja dan berdiskusi, termasuk kawan yang sedang membaca tulisan ini. Saya lahir di kota kecil, bagian dari Provinsi Jawa Tengah, yaitu Ungaran. Beribu kata yang mungkin tak dapat terlukiskan tentangnya. Berlatar belakang Gunung Ungaran yang tampak hijau dengan sederet cerita dan kenangan. Main – mainlah ke Ungaran kawan, nanti saya ajak berkeliling menikmati indahnya kota saya dan lezatnya asem – asem dan sambel tomat masakan ibu. Saya menyukai budaya dan sastra, hobi saya berpetualang, fotografi dan videografi. Selain itu, juga suka menulis. Saat ini saya bekerja sebagai fotografer dan videografer freelance di Kota Semarang. Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan siapa saja dan mendengarkan cerita serta pengalaman kawan semua. Selamat menikmati beberapa karya saya di laman ini. Saya ucapkan terima kasih kepada kawan – kawan yang sudah mengunjungi dan membaca laman saya. Doa – doa terbaik untuk kawan semua.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

bagikan