Kesenian kuda lumping merupakan salah satu kesenian yang ada di desa keji, tepatnya berada di Dusun
Suruhan, Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Pendiri sekaligus ketua Kesenian Kuda Lumping di desa
keji adalah bapak Rajak Suharto (narasumber). Kesenian kuda lumping berdiri
sejak tahun 1971, dan baru pada tahun 2006 kesenian ini resmi menjadi kesenian
wisata setelah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, semenjak itu Desa Keji menjadi desa wisata
kesenian tradisional Jawa.
Kesenian Kuda Lumping diresmikan sebagai kesenian wisata di Kabupaten Semarang. Kesenian Kuda Lumping
hanya tampil pada saat diundang dalam acara
tertentu seperti hajatan. Hasil dari pementasan
kuda lumping seluruhnya dimasukan ke dalam kas
kesenian Desa yang nantinya dipergunakan
untuk membeli properti dan peralatan Kesenian Kuda Lumping. Menurut narasumber, setiap
pertunjukan para anggota kesenian tidak pernah diberi honor, karena kesenian ini bersifat sukarela yang dimainkan oleh warga Desa
Keji, hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya konflik terhadap pembagian uang
hasil pertunjukan yang tidak merata.
Sejarah Kesenian Kuda Lumping di Desa Keji

Kesenian Kuda Lumping ini merupakan kesenian warisan
turun temurun keluarga dari narasumber. Kesenian ini awal mulanya berasal dari daerah Tengaran, Kabupaten Semarang,
kemudian beliau hijrah dari Tengaran pindah ke Desa Keji dan mendirikan Kesenian Kuda
Lumping dengan warga Desa Keji.
Kesenian Kuda
Lumping di Desa Keji berbeda dengan
kesenian – kesenian dari daerah lain, karena tidak
menggunakan atraksi – atraksi berbahaya seperti kesenian jatilan lainnya, karena beliau beranggapan bahwa menggunakan atraksi berbahaya ditakutkannya
nanti akan menjadikan ajang kesombongan para pemain. Menurutnya jika terjadi kesurupan (dibaca: kerasukan) dan
melakukan atraksi – atraksi yang dilakukan pemain
Kesenian Kuda Lumping bukan merupakan sesuatu hal yang dibuat – buat atau di sengaja,
melainkan kehendak dari Danyang (Roh penunggu dan penjaga Desa Keji). Kerasukan seperti
ini tidak selalu terjadi pada setiap pertunjukan kecuali kehendak Danyang
tersebut.
Kesenian Tiga Zaman
Kesenian Kuda Lumping yang
berada di Desa Wisata Keji ini terdapat tiga unsur kesenian yang disebut dengan
Kesenian Tiga Zaman. Kesenian tiga zaman adalah para pemainnya digolongkan kedalam usia – usia tertentu, seperti kesenian yang
pemainya anak - anak SD, pemainnya para
remaja, pemainnya orang-orang yang sudah dewasa, dan pemainya adalah para orang
tua.
Pertunjukan
Kesenian Kuda Lumping pada mulanya
rutin diadakan setiap minggu, tetapi lama kelamaan,
Kesenian Kuda Lumping hanya
dipentaskan apabila ada tamu yang berkungunjung ke Desa Keji.
Ritual-ritual sebelum diadakannya pertunjukan Kesenian Kuda Lumping
Sebelum diadakan pertunjukan Kesenian Kuda Lumping, selalu diadakan
ritual-ritual terlebih dahulu seperti,:
1.
Ritual merti dusun/sedekah desa yaitu dengan cara menanggap wayang.
2.
Iriban banyu dari kemproyoso (mata air/sumber mata air di Desa Keji) yang kemudian di
arak keliling desa yang dibarengi dengan wayangan/menanggap wayang.
Lalu dilanjutkan dengan
penyerahan tumpeng dari setiap RT di Desa Keji kepada Bapak Bayan (humas masyarakat Desa/tokoh adat
Desa setempat). Setelah penyerahan tumpeng tersebut dilakukan bancaan desa (makan bersama-sama yang
dilakukan seluruh warga desa) yaitu setiap warga Desa membawa makanan sendiri – sendiri, kemudian dijadikan satu
dengan makanan yang dibawa warga Desa dan dimakan secara bersama – sama seluruh warga.
Setelah prosesi ritual dilakukan, pada keesokan harinya Kesenian Kuda Lumping
baru dimulai.
Sesajian Kesenian Kuda Lumping
Sesajian yang dimaksud dalam
Kesenian Kuda Lumping dikhususkan untuk persembahan Danyang Desa Keji.
Di Desa Keji sendiri terdapat dua Danyang, yang satu danyang laki-laki dan yang satunya lagi danyang perempuan. Danyang laki-laki itu
biasanya udut (rokok) dan danyang yang perempuan biasanya kinang. Mengapa hal semacam ini
dilakukan? Karena untuk menghormati roh – roh yang terlebih dahulu
mendiami desa tersebut sebelum kedatangan manusia dan untuk meneruskan adat
budaya.
Pakaian dalam Kesenian Kuda Lumping
Pakaian dalam Kesenian Kuda Lumping ini terdiri dari :
- katok/celana
- baju
- sabuk epek timang
- kerah gulu
tidak ada makna simbolis khusus dalam pakaian Kesenian Kuda Lumping,
hanya bersifat biasa.
Bapak Rajak
mengkolaborasikan antara gamelan dipadukan dengan suara dari lesung
(tempat/alat untuk menumbuk padi secara tradisional)
Instrument dalam Kesenian Kuda Lumping ini terdiri dari bendik dan gamelan, tetapi jika hanya disajikan
dengan salah satu instrumen, pertunjukan Kesenian Kuda Lumping tetap bisa dimainkan.
Penyajian hanya dengan bendik bisa
dipadukan dengan gamelan. Jika ditambah dengan gamelan, maka musik dalam
Kesenian Kuda Lumping bisa menjadi musik campur sari.
Selain musik tersebut sebagai pengiring Kesenian Kuda
Lumping, juga sebagai musik penanda pengatur tempo kecepatan dalam gerakan – gerakan
dalam tarian Kesenian Kuda Lumping. Selain itu sebagai pembeda dari gerakan-gerakan
yang akan ditarikan.
Macam-macam tarian dalam Kesenian Kuda Lumping
Macam-macam tarian dalam Kesenian Kuda Lumping ini sendiri terdapat
berbagai tarian, yang diantaranya adalah:
- panaragan
- kejawan
- mataraman
- prajuritan
Maskot Kesenian Kuda Lumping di Desa Keji adalah kuda debog (pelepah pisang yang dibuat
peperti kuda – kudaan/kuda lumping) dan kesenian ini (kuda debog) merupakan kesenian satu-satunya yang ada di Jawa
Tengah.
Acara yang disajikan
pertama kuda debog,
selanjutnya tari pesisiran (tarian yang penarinya semua adalah perempuan).
Joget tarian yang halus dengan tembang padang
bulan dan prau layar. Jumlah pemain satu grup/kelompok terdiri dari 5 – 6
orang.
Tempat pertunjukan Kesenian Kuda Lumping
Tempat pertunjukan
Kesenian Kuda Lumping ini dilakukan dilapangan YTC di Desa Keji.
Makna Kesenian Kuda Lumping
Makna dari Kesenian
Kuda Lumping adalah selain sebagai sarana hiburan juga sebagai suatu
wujud/bentuk untuk tetap melestarikan kesenian hasil – hasil warisan dari para
sesepuh dahulu/warisan dari leluhur dahulu supaya kita tidak meninggalkan kesenian – kesenian yang telah diwariskannya.
Selain itu juga, Kesenian
Kuda Lumping merupakan sarana untuk mendidik para pemuda untuk tidak terjerumus
ke jalan yang salah dan sebagai orang Jawa, harus tahu/mengetahui dan
melestarikan kesenian Jawa.
Menurut narasumber, “belum lama ini kesenian kuda lumping ini pernah
diminta oleh Malaysia, tetapi ditolak, karena kesenian ini merupakan warisan
asli bangsa Indonesia khususnya Kesenian Jawa.
Narasumber (dalam sebuah wawancara) Bapak Rajak Suharto, ketua
sekaligus pimpinan Kesenian Kuda
Lumping
Mantep dhiq...lanjut tulisan lain...
ReplyDeletesuwun det..
Delete