TJOET NJAK DHIEN DALAM FILM
Film intelek
Bila kita menonton film intelek dan
sejenisnya, maka tiga komentar yang paling merepresentasikan reaksi penonton
setelah menyaksikannya adalah (1) membosankan; (2) memusingkan dan (3)
melelahkan. Pemikiran-pemikiran seperti ini terbilang logis karena untuk dapat
menikmati—atau bahkan memaknai—suatu film yang kompleks secara sempurna memang
bukan perkara mudah. Bila kita sebagai penonton tidak cukup jumawa dalam
menafsirkan apa yang ditontonnya, kendala-kendala di atas pastinya akan sulit
diatasi.
bahwa sesungguhnya upaya penafsiran
makna sebuah film berada sepenuhnya di tangan penonton. Dan oleh karenanya,
sebuah film baru pantas disebut intelektual jika penontonnya pun cukup cerdas
untuk memaknainya. Singkatnya, film intelek butuh penonton yang
juga intelek untuk bisa eksis. Film intelek adalah film yang membutuhkan kematangan dan
kedewasaan berpikir dari penontonnya
Pemahaman film
Pemahaman adalah suatu usaha yang dilakukan
para penikmat film dalam memahami masalah – masalah , ide – ide atau gagasan – gagasan dalam sebuah film yang
di buat dan diciptakan oleh sutradara. Dengan melihat lebih dalam akan
nilai-nilai filosofis yang tersirat dalam sebuah film serta membuka mata akan
eksistensi film-film yang bersifat non-linear, diharapkan agar penonton dapat
memperoleh cara pandang baru dalam melihat dan menilai film. Film dalam konteks
bukan sekedar media hiburan, tetapi kembali ke akarnya sebagai wadah seni untuk
berekspresi serta memperoleh apresiasi sejati dari penontonnya
Menikmati Film
Menikmati film intelek sesungguhnya
memiliki keasyikan tersendiri, terutama bagi anda yang telah terbiasa
menikmatinya. Bagi penonton yang lebih sering menikmati film-film yang lebih
“normal”,mungkin inilah saatnya bagi anda untuk menjajal sesuatu yang baru
dalam menonton film. Sedikit berpikir saat menonton tentu bukan sesuatu yang
buruk dan mungkin akan memberikan sesuatu sensasi yang berbeda.
Isi
Judul Film : TJOET NJAK DHIEN
Sutradara : Eros Djarot
Sutradara : Eros Djarot
Pemeran : Cristine Hakim, Slamet Rahardjo,
Pitrajaya Burnama, Hendra Yanuarti, Rita Zahara, Hermin Centhini, Roy H.
Karyadi, Fritz G. Schadt, John Iskandar, Tuanku fjalil, Joes Terphase, Eko
Handoko.
Durasi : 133 Menit
Jalan cerita
Keterlibatan
Tjoet Njak Dien dalam perang Aceh nampak sekali ketika terjadi pembakaran
terhadap Mesjid Besar Aceh. Dengan amarah dan semangat yang menyala-nyala
berserulah ia, “Hai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan
sendiri dengan matamu mesjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah
Subhanahuwataala, tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya!
Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih
adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih
adakah orang Aceh yang suka menjadi budak Belanda?”
Teuku
Ibrahim dan beberapa pengikutnya syahid. Penyebab peristiwa itu adalah
persenjataan Belanda yang lebih unggul, juga karena adanya pengkhianatan yang
dilakukan oleh seseorang yang bernama Habib Abdurrahman. Begitu menyakitkan
perasaaan Cut Nyak Dien akan kematian suaminya yang semuanya bersumber dari
kerakusan dan kekejaman kolonial Belanda
Cut
Nyak Dhien berusaha keras untuk menghindarkan diri dan setiap usaha tentara
Belanda untuk menangkapnya dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat yang lainnya. Akibatnya ruang gerak gerilyawan semakin terbatas,
meskipun demikian semangat perlawanan Cut Nyak Dhien tidak pernah padam, tetapi
pendukungnya semakin melemah kekuatannya, baik secara fisik maupun mental.
Secara fisik terlihat dengan situasi yang serba kekurangan bahan makanan dan
obat-obatan. Untuk memperoleh makanan gerilyawan tidak lagi bebas berkeliaran
di desa-desa karena setiap gerak-gerik yang mencurigakan ditangkap oleh
marsose. Mereka hanya memakan daun dan umbi-umbian yang ada di dalam hutan, dan
berteduh pada gubuk-gubuk darurat yang siap untuk ditinggalkan guna menghindari
pengejaran kompeni.
Tempat
persembunyiannya tidak pernah diketahui oleh masyarakat biasa, banyak
ketentuan-ketentuan yang diberlakukan, diantaranya penyamaran dan memakai
anak-anak kecil sebagai mata-mata. Persembunyiannya hanya terbuat dari gubuk
yang ditutupi dedaunan, dilarang pemakaian api karena dapat memberikan petunjuk
dengan adanya kepulan asap. Tempat menuju ke persembunyiannya dibuat
menyesatkan, untuk menjaga keselamatan diadakan penjagaan oleh
pengikut-pengikutnya secara bergantian.
Lama-lama
pasukan Tjoet Njak Dien melemah. Kehidupan putri bangsawan ini kian sengsara
akibat selalu hidup di dalam hutan dengan makanan seadanya. Usianya kian
lanjut, kesehatannya kian menurun. Mental mereka juga mengendur dengan adanya
penghacuran-penghacuran yang dilaksakan oleh kompeni terhadap kubu-kubu
pertahanan tanpa meninggalkan satu manusia pun tersisa. Selain itu, sering pula
dilakukan penyandraan terhadap istri dan anak-anak mereka agar, gerilyawan itu
menyerahkan diri. Selama bertahun-tahun Tjoet Nyak Dhien memimpin perjuangan
bersama pengikutnya. Kerentaan karena usia, penyakit encok, dan rabun
melemahkan tubuhnya. Sumber makanan yang tidak pasti karena benar-benar telah
habis. Kemudian Harta benda habis pada suatu penyerbuan yang tiba-tiba dari
pihak Belanda yang membuat Tjoet Nyak Dhien menderita bersama
pengikut-pengikutnya. Penderitaan yang begitu berat membuat iba Pang Laot
selaku panglimanya. Pada waktu itu disampaikannya perasaan ini kepada Tjoet
Nyak Dhien untuk menghentikan perlawanan. Kemarahan, kemurkaan, dan caci maki
yang diterima oleh Pang laot dari Tjoet Nyak Dhien, dengan suara keras dan
murka Tjoet Nyak Dhien berkata: Lebih baik aku mati di rimba ini daripada menyerah
kepada kafir.
Walaupun
demikian Pang Laot dengan berat hati mengkhianati Tjoet Nyak Dhien. la
memutuskan untuk melapor kepada Belanda. Pang Laot memunculkan diri di barak
Belanda yang dipimpin oleh Letnan Van Vuuren. Kedatangan Pang Laot untuk berunding
dan menyerahkan Tjoet Nyak Dhien, maka Letnan Van Vuuren menyambut baik
kedatangannya. Van Vuuren membawa Pang Laot kepada atasannya Van Veltman.
Perundingan diadakan, Pang Laot bersedia menyerahkan Tjoet Nyak Dhien dengan
syarat Tjoet Nyak Dhien harus dijaga sebaik-baiknya, perundingan pun
disepakati.
Atas
kesepakatan bersama Pang Laot mencari Tjoet Nyak Dhien ke Pameue. Pencariaan
pertama masih mengalami kegagalan. Pada suatu tempat di dalam rimba yang
diperhitungkan gubuk milik Tjoet Nyak Dhien diadakan penyergapan. Walaupun
kedatangan pasukan marsose yang mengejutkan pasukan Tjoet Nyak Dhien yang
tinggal sedikit jumlahnya masih sempat melakukan perlawanan. Perlawan yang
tidak berimbang dan tergesa-gesa mengakibatkan banyaknya timbul korban.
Panglima Habib Panjang yang saat itu ditugaskan Tjoet Nyak Dhien menjaga disitu
tewas ketika hendak menyelamatkan anak buahnya. Kemudian Pang Laot mengusulkan
untuk menunggu hingga bekal dari pasukan Tjoet Nyak Dhien habis. Dan di saat
seorang anak kecil kurir Tjoet Nyak Dhien tertangkap oleh Pang laot, maka
terungkaplah dimana pondok persembunyian Tjoet Nyak Dhien. Gerak cepat Van
Veltman memerintahkan anak buahnya untuk menyerang pondok tersebut. Saat itu Tjoet
Nyak Dhien sedang bersama Cut Gambang. Perlawanan tetap dilakukan,
Tjoet
Nyak Dhien sudah begitu uzur, matanya rabun, berjalan pun hanya ditandu oleh
pengawalnya. Amarahnya begitu memuncak kepada Pang Laot dan Kompeni. Caci maki
dan sumpah serapah dilontarkan Tjoet Nyak Dhien kepada keduanya. Van Veltman menberikan
rasa hormat kepada Tjoet Nyak Dhien, tetapi Tjoet Nyak Dhien merasa ini tidak
ada artinya sama sekali, karena ia merasa lebih baik mati dari pada harus
tunduk kepada kompeni. Ketika tertangkap wanita yang sudah tak berdaya dan
rabun ini, mengangkat kedua belah tangannya dengan sikap menentang. Dari
mulutnya terucap kalimat, “Ya Allah ya Tuhan inikah nasib perjuanganku? Di
dalam bulan puasa aku diserahkan kepada kafir”. Tjoet Njak Dien marah luar
biasa kepada Pang Laot Ali. Dan disaat Pang Lot menghampiri Tjoet Nyak Dhien,
Pang Laot terkena tikaman dari Tjoet Nyak Dhien.
Sesuai
dengan kesepakatan antara Pang Laot, Letnan Van Vuuren dan Kapten Van Veltman
maka Tjoet Nyak Dhien dibawa ke Kutaradja. Tjoet Nyak Dhien diperlakukan
sebagaimana layaknya seorang Puteri bangsawan dengan makanan, pakaian, dan
pelayanan yang baik. Simpati rakyat tidak pernah berkurang kepadanya. Dalam
tahanan di Kutaradja berganti-gantian rakyat menjenguknya. Karena khawatir
masih bisa menggerakkan semangat perjuangan Aceh, Tjoet Njak Dien terpaksa
dijatuhi hukuman pengasingan ke Pulau Jawa pada 1907, yang berati mengingkari
salah satu butir perjanjiannya dengan Pang Laot Ali.
Muatan budaya
kebudayaan
masyarakat muslim yang sangat marah jika apa yang diyakininya dirusak oleh
tentara Belanda. Kebudayaan masyarakat Aceh yang sangat menjujung nilai-nilai
hukum sesuai dengan ajaran agama islam serta membela tanah airnya sampai titik
darah penghabisan..
Keunggulan film
Tjoet
Nyak Dien, revolusioner wanita yang sangat menginspirasi, lewat sebuah tayangan
kolosal
karya anak bangsa Eros Djarot, Tjoet Nyak Dhien yang mendapatkan supremasi yang terbesar di pentas perfilman di Indonesia dan festival film Asia. Pemahaman akan kesejatian makna hidup benar-benar beliau aplikasikan dalam tindakannya, tanpa harus mencederai fitrahnya sebagi perempuan.
karya anak bangsa Eros Djarot, Tjoet Nyak Dhien yang mendapatkan supremasi yang terbesar di pentas perfilman di Indonesia dan festival film Asia. Pemahaman akan kesejatian makna hidup benar-benar beliau aplikasikan dalam tindakannya, tanpa harus mencederai fitrahnya sebagi perempuan.
Berperan
sekaligus sebagai Istri, Ibu, motivator dan pemimpin perang. Berdiri dalam
garda depan perang penjajahan, karena keadaan memang mengharuskan demikian..
Berfikir sederhana ala perempuan, namun terbukti lebih efektif dalam merumuskan
strategi perang. Karena perempuan dianugerahi sesuatu yang lebih dari laki-laki
untuk berfikir, tidak hanya dengan akal, tidak hanya berfikir rasional, tetapi
dengan keyakinan, insting dan firasat yang dikendalikan oleh hati. Ikhlas dan
totalitas pengabdian untuk membela Pertiwinya..
Manfaat film
Film
tjoet Nyak Dhien sangat bermanfaat
untuk untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gughur dimedan perang serta
mendidik para generasi untuk bersikap nasionalisme. Film ini dapat membuat kita
menyadari betapa kerasnya perjuangan para pahlawan. Film ini juga layak untuk
dilihat oleh semua orang agar menumbuhkan semangat nasionalisme terhadap Negara
kesatuan republik Indonesia .
Eros
Djarot
Eros
Djarot Lahir di Rangkasbitung, Banten, 22 Juli 1950
Eros
Djarot dikenal sebagai sosok budayawan, sutradara film yang juga seorang
politikus. Lahir di Rangkasbitung, Banten, 22 Juli 1950, Eros tercatat sebagai
aktifis dan penulis kolom di sejumlah media hingga kini.
Adik
kandung dari aktor Slamet Rahardjo Djarot ini pernah menjadi peraih pemenang
lima besar (nominator) Mike Burke’s Award, BBC Documentary Competition 1979 dan
juga terkenal sebagai sutradara film TJOET NJAK DHIEN (1998) yang pernah
menjadi film terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI). Selain juga terkenal
sebagai pencipta soundtrack BADAI PASTI BERLALU.
Kini
Eros Djarot terjun di dunia politik, menjabat sebagai ketua Partai Nasionalis
Banteng Kemerdekaan (PNBK). Di mana sebelumnya Eros Djarot pernah aktif di
Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) pimpinan Megawati Soekarno Putri dan Partai
Nasionalis Bung Karno.
http://bangbegs.blogspot.com/2009/08/mari-menonton-sambil-berpikir-lewat
Cut
Nyak Dhien, www.acehpedia.org
Cut
Nyak Dhien, www.virtualaceh.com
VCD
film Tjoet Nyak Dhien
0 comments:
Post a Comment