MADAKARIPURA

BERJUMPA BRANGGAH MENEMBUS MADAKARIPURA YANG ELOK DAN MENENANGKAN
kantongcatatan.blogspot.com
"Kedamaian yang cipta kita" Instagram @shidiq_laksananto +M. Shidiq Laksananto 
Sayup – sayup suara azan subuh mulai memecah keheningan, terbangun aku dalam lelapnya malam berkemul serobong SB, beralaskan matras hitam penyeka dinginya lantai marmer. Limabelas jam perjalanan kutempuh berkendara motor 100 cc, dengan saudara kecilku mengukur aspal dari Ungaran hingga Tongas. Dinginnya air wudu yang ku basuhkan ke muka, kepala, tangan dan kaki menghilangkan kantuk.
kantongcatatan.blogspot.com

            Pagi itu mulai berbenah merapikan matras dan SB sembari memeriksa barang bawaan. Semangkuk  soto hangat mengisi perut kosong,  sarapan pagi dan bertanya – tanya pada penjual soto tentang rute menuju Madakaripura dan segala informasi tentang tempat tersebut dan Bromo. Perut terisi dan informasi petunjuk sudah kudapat. Kami melanjutkan perjalanan menuju Madakaripura. Terlihat di sisi kiri jalan rambu petunjuk menuju Madakaripura dan Bromo, jalan raya Pasuruan – Probolinggo. Sebelum masuk menuju jalan yang mengarah ke Madakaripura tangki motor kupenuhi dulu dengan premium. Kira – kira 700 meter setelah rambu petunjuk dan sebelum masuk ke rute Madakaripura terdapat sebuah SPBU. Antisipasi segala hal, karena kali pertama kami mendatangi Madakaripura dan informasi yang kudapati SPBU terakhir hanya ada di Sukapura menuju Bromo yang jaraknya  kurang lebih 30 Km.
           
kantongcatatan.blogspot.com
Satu jam perjalanan dari Tongas menuju Madakaripura, terdapat perempatan jalan di sebuah pasar, terdapat rambu petunjuk, lurus ke Bromo dan kanan ke Madakaripura. Jalan beraspal yang sudah berusia menampakkan kerapuhannya, 30 menit dari pasar menuju Madakaripura menembus desa, naik dan turun.
Pertigaan jalan Desa Branggah kami temui, sebuah nama Desa yang sama dengan nama tempatku tinggal, dalam benak bertanya – tanya "seperti apakah penduduknya dan apakah masyarakatnya sama dengan tempatku, tentunya berbeda“.
kantongcatatan.blogspot.comkantongcatatan.blogspot.com
Bertanya kami kepada warga setempat dan mencari informasi tentang Madakaripura, sesekali aku bertanya tentang Desa Branggah karena rasa penasaran. Di sela – sela perbincangan, ku tunjukan KTP bahwa aku juga tinggal di Branggah, tapi beda provinsi. Warga desa tersebut juga kaget, ternyata ada juga nama yang sama dengan desanya. Percakapan kami disambut dengan hangat dan ramah.




Waspada modus cuci motor
            Cukup saling bertukar informasi, kami lanjutkan perjalanan menujun Madakaripura. 15 menit menapaki jalan beraspal bolong – bolong menanjak dan berkelok – kelok. Tiba kami di sebuah pos retribusi, Rp 5000,- per orang, dari pos 10 menit jalanan agak menanjak dan tiba di sebuah pos retribusi parkir Rp 2000,- untuk motor. Motor ku parkir di ujung jalan batas berhenti di dekat tugu Gajahmada. Beberapa saat kami istirahat sejenak dan mengamati situasi di sekitar, menurut informasi yang kudapatkan dari berbagai sumber di internet, untuk berwaspada jika berkunjung ke Madakaripura, sebab ada sekelompok orang yang sedikit aneh, entah itu modus untuk meraup keuntungan atau memang peraturan setempat. Tak lama berapa lama sekelompok orang membawa ember berisi air, motor – motor yang terparkir dan ditinggalkan pemiliknya mulai di cuci dengan ala kadarnya tanpa shampo dan hanya dilap dengan kain yang dicelupkan kedalam ember. Bukannya bersih malah kotor dibuatnya dan ketika pulang harus membayar sejumlah rupiah karena motor telah dicuci. Tiba giliran motorku hendak dicuci aku mengatakan pada mereka untuk tidak mencucinya karena sudah ku cuci di rumah. Mereka berkata kalau itu memang sudah peraturan disana, tak mau berdebat aku memutar otak agar tidak terlibat masalah yang lebih serius di daerah yang aku tidak paham betul dan baru kali pertama menginjakkan kaki. Berkata sopan dan menyambung komunikasi salah satu caraku agar terhindar dari masalah tersebut. Motorku tak dicuci, setelah menunggu 30 menit dan ku rasa situasi aman perjalanan kami lanjutkan. Hal ini merupakan sebuah pengalaman dari kunjungan wisata agar nantinya dapat menjadi kewaspadaan untuk tetap menjaga semua yang dibawa dan jangan sekali – kali untuk meninggalkan barang bawaan di motor agar menghindari hal – hal yang tidak diinginkan. 

Menenangkan Jiwa
kantongcatatan.blogspot.com
"Menikmati kesegaran" Instagram @shidiq_laksananto
            Berjalan kaki menyusuri lembah tak kurang 45 menit, jalanan sudah di beton dengan lebar 2 meter. Kicauan burung bernyanyi, suara – suara tercipta dari hembusan angin yang membelah lembah dan gemericik air jernih dibawahnya menenangkan kejadian yang barusan terjadi. Tak lama berselang di tengah perjalanan kami melewati jalan yang terbuat dari baja – baja merah yang memaku tebing lembah sepanjang kurang lebih 20 meter. Sesekali perjalanan melewati beberapa anak tangga, suara deru air jatuh kian kentara, semakin dekat aku dengan titik poin.
kantongcatatan.blogspot.com            Dipenghujung jalan akhir tak lantas aku langsung bergegas, duduk dan beristirahat sejenak sembari mengamati aktivitas segelintir pengunjung yang hendak menikmati Madakaripura. Para penjual menjajakan barang dagangannya, dan di area sebelum memasuki Madakaripura barang jualan yang paling banyak ditawarkan adalah kantong plastik dan jas hujan sekali pakai. “kantong plastik kantong plastik, jas hujan – jas hujan silahkan dipakai, masuk area air terjun biar tidak basah”ucap salah satu pedagang. Dalam benak bertanya – tanya, kenapa demikian. Akupun bertanya kepada salah satu pedagang yang kurasa sedikit bersahabat, pedagang itupun menjelaskan kalau tidak mau basah – basahan di area Madakaripura harus mengenakan jas hujan, karena kontur air terjunnya sebelum sampai di air terjun utama terdapat sejumlah air terjun yang mengalir dari tebing.
            Mulai kumasukan barang – barang bawaan kedalam kantong plastik, terutama peralatan elektronik yang kubawa. Kamera ku masukan dalam waterproof case, tak mau aku kehilangan setiap momen utuk mengabadikan setiap keindahan Madakaripura. Raincoat yang selalu kubawa di ransel ku kenakan, sepatu kumasukan kedalam ransel dan kuganti dengan sandal gunung tak lupa ransel ku srobong dengan rain cover. Mulai ku susuri jalan setapak yang mulai basah terkena titik titik air yang terbawa angin,  berhati – hati menuruni anak tangga dari tanah yang licin dan berlumpur. Semakin aku jauh melangkah menyusuri aliran sungai Madakaripura mulai basah raincoat, kelembutan air yang turun dari sisi kanan dan kiri tebing – tebing yang menjulang tinggi memberi kesegaran. Suara air jatuh memecah keheningan belantara, dari kejauhan kulihat sebuah tebing berbentuk melingkar
seperti sebuah sumur raksasa yang terbelah, dari atas mengalir air jutaan kubik yang jatuh kesebuah kolam yang berwarna biru kehijauan.
kantongcatatan.blogspot.com
            Mataku semakin terbelalak, energiku meningkat seperti tertarik aku oleh medan magnet sumur besar itu. Berjalan aku menaiki dinding tebing, berjalan serong dan berhati – hati menapakan kaki di batu – batu yang licin, salah sedikit saja bisa – bisa aku terjatuh di kolam sungai biru. Terperanjat aku menatap Madakaripura yang begitu tinggi dan menghijau dindingnya dipenuhi lumut dan tumbuhan rambat yang menjulur dari atas. Kupejamkan mata sejenak, kulepaskan serobong kepala dan merasakan setiap butiran air yang menempel di wajah, titik – titik air lembut beterbangan memenuhi lembah begitu segar, tenang dan damai.
kantongcatatan.blogspot.com
Dari kejauhan kulihat di tengah – tengah dinding tebing, dibalik air terjun Madakaripura terlihat cekungan membentuk gua dan terdapat sebuah batu besar dengan permukan yang rata seperti sebuah tempat duduk. Bertanya – tanya dalam benak “apakah itu tempatnya Patih Gajahmada bersemedi mencari ketenangan jiwa mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan kemudian moksa hingga tempat ini dinamakan Madakaripura..? entahlah tak mau aku berasumsi dengan segala keterbatasanku dengan minimnya informasi mitos dibalik Madakaripura yang pasti tempat ini memberikanku kekaguman tersendiri akan pesonanya.
kantongcatatan.blogspot.com
"Selalu ada cerita di setiap perjalanan..." Instagram @shidiq_laksananto +M. Shidiq Laksananto 

Share on Google Plus

About Kantong Catatan

Hai, terimakasih sudah berkunjung di laman saya. Perkenalkan saya M. Shidiq laksananto, senang menjalin pertemanan dengan siapa saja dan berdiskusi, termasuk kawan yang sedang membaca tulisan ini. Saya lahir di kota kecil, bagian dari Provinsi Jawa Tengah, yaitu Ungaran. Beribu kata yang mungkin tak dapat terlukiskan tentangnya. Berlatar belakang Gunung Ungaran yang tampak hijau dengan sederet cerita dan kenangan. Main – mainlah ke Ungaran kawan, nanti saya ajak berkeliling menikmati indahnya kota saya dan lezatnya asem – asem dan sambel tomat masakan ibu. Saya menyukai budaya dan sastra, hobi saya berpetualang, fotografi dan videografi. Selain itu, juga suka menulis. Saat ini saya bekerja sebagai fotografer dan videografer freelance di Kota Semarang. Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan siapa saja dan mendengarkan cerita serta pengalaman kawan semua. Selamat menikmati beberapa karya saya di laman ini. Saya ucapkan terima kasih kepada kawan – kawan yang sudah mengunjungi dan membaca laman saya. Doa – doa terbaik untuk kawan semua.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

bagikan