BERJUMPA
BRANGGAH MENEMBUS MADAKARIPURA YANG ELOK DAN MENENANGKAN
"Kedamaian yang cipta kita" Instagram @shidiq_laksananto +M. Shidiq Laksananto |
Pagi
itu mulai berbenah merapikan matras dan SB sembari memeriksa barang bawaan.
Semangkuk soto hangat mengisi perut
kosong, sarapan pagi dan bertanya –
tanya pada penjual soto tentang rute menuju Madakaripura dan segala informasi
tentang tempat tersebut dan Bromo. Perut terisi dan informasi petunjuk sudah
kudapat. Kami melanjutkan perjalanan menuju Madakaripura. Terlihat di sisi kiri
jalan rambu petunjuk menuju Madakaripura dan Bromo, jalan raya Pasuruan –
Probolinggo. Sebelum masuk menuju jalan yang mengarah ke Madakaripura tangki
motor kupenuhi dulu dengan premium. Kira – kira 700 meter setelah rambu petunjuk
dan sebelum masuk ke rute Madakaripura terdapat sebuah SPBU. Antisipasi segala
hal, karena kali pertama kami mendatangi Madakaripura dan informasi yang
kudapati SPBU terakhir hanya ada di Sukapura menuju Bromo yang jaraknya kurang lebih 30 Km.
Bertanya kami kepada warga setempat dan mencari informasi tentang Madakaripura, sesekali aku bertanya tentang Desa Branggah karena rasa penasaran. Di sela – sela perbincangan, ku tunjukan KTP bahwa aku juga tinggal di Branggah, tapi beda provinsi. Warga desa tersebut juga kaget, ternyata ada juga nama yang sama dengan desanya. Percakapan kami disambut dengan hangat dan ramah.
Waspada
modus cuci motor
Cukup
saling bertukar informasi, kami lanjutkan perjalanan menujun Madakaripura. 15
menit menapaki jalan beraspal bolong – bolong menanjak dan berkelok – kelok.
Tiba kami di sebuah pos retribusi, Rp 5000,- per orang, dari pos 10 menit
jalanan agak menanjak dan tiba di sebuah pos retribusi parkir Rp 2000,- untuk
motor. Motor ku parkir di ujung jalan batas berhenti di dekat tugu Gajahmada.
Beberapa saat kami istirahat sejenak dan mengamati situasi di sekitar, menurut
informasi yang kudapatkan dari berbagai sumber di internet, untuk berwaspada
jika berkunjung ke Madakaripura, sebab ada sekelompok orang yang sedikit aneh,
entah itu modus untuk meraup keuntungan atau memang peraturan setempat. Tak
lama berapa lama sekelompok orang membawa ember berisi air, motor – motor yang
terparkir dan ditinggalkan pemiliknya mulai di cuci dengan ala kadarnya tanpa
shampo dan hanya dilap dengan kain yang dicelupkan kedalam ember. Bukannya
bersih malah kotor dibuatnya dan ketika pulang harus membayar sejumlah rupiah
karena motor telah dicuci. Tiba giliran motorku hendak dicuci aku mengatakan
pada mereka untuk tidak mencucinya karena sudah ku cuci di rumah. Mereka
berkata kalau itu memang sudah peraturan disana, tak mau berdebat aku memutar
otak agar tidak terlibat masalah yang lebih serius di daerah yang aku tidak
paham betul dan baru kali pertama menginjakkan kaki. Berkata sopan dan
menyambung komunikasi salah satu caraku agar terhindar dari masalah tersebut.
Motorku tak dicuci, setelah menunggu 30 menit dan ku rasa situasi aman
perjalanan kami lanjutkan. Hal ini merupakan sebuah pengalaman dari kunjungan
wisata agar nantinya dapat menjadi kewaspadaan untuk tetap menjaga semua yang
dibawa dan jangan sekali – kali untuk meninggalkan barang bawaan di motor agar
menghindari hal – hal yang tidak diinginkan.
Menenangkan
Jiwa
"Menikmati kesegaran" Instagram @shidiq_laksananto |
Mulai
kumasukan barang – barang bawaan kedalam kantong plastik, terutama peralatan
elektronik yang kubawa. Kamera ku masukan dalam waterproof case, tak mau aku kehilangan setiap momen utuk
mengabadikan setiap keindahan Madakaripura. Raincoat
yang selalu kubawa di ransel ku kenakan, sepatu kumasukan kedalam ransel dan
kuganti dengan sandal gunung tak lupa ransel ku srobong dengan rain cover. Mulai ku susuri jalan setapak
yang mulai basah terkena titik titik air yang terbawa angin, berhati – hati menuruni anak tangga dari tanah
yang licin dan berlumpur. Semakin aku jauh melangkah menyusuri aliran sungai
Madakaripura mulai basah raincoat, kelembutan air yang turun dari sisi kanan
dan kiri tebing – tebing yang menjulang tinggi memberi kesegaran. Suara air jatuh
memecah keheningan belantara, dari kejauhan kulihat sebuah tebing berbentuk
melingkar
seperti sebuah sumur raksasa yang terbelah, dari atas mengalir air jutaan kubik yang jatuh kesebuah kolam yang berwarna biru kehijauan.
seperti sebuah sumur raksasa yang terbelah, dari atas mengalir air jutaan kubik yang jatuh kesebuah kolam yang berwarna biru kehijauan.
Mataku
semakin terbelalak, energiku meningkat seperti tertarik aku oleh medan magnet
sumur besar itu. Berjalan aku menaiki dinding tebing, berjalan serong dan
berhati – hati menapakan kaki di batu – batu yang licin, salah sedikit saja
bisa – bisa aku terjatuh di kolam sungai biru. Terperanjat aku menatap
Madakaripura yang begitu tinggi dan menghijau dindingnya dipenuhi lumut dan
tumbuhan rambat yang menjulur dari atas. Kupejamkan mata sejenak, kulepaskan
serobong kepala dan merasakan setiap butiran air yang menempel di wajah, titik
– titik air lembut beterbangan memenuhi lembah begitu segar, tenang dan damai.
"Selalu ada cerita di setiap perjalanan..." Instagram @shidiq_laksananto +M. Shidiq Laksananto |
0 comments:
Post a Comment