GRAFFITI


Fenomena Graffiti

kantongcatatan.blogspot.com

Komunitas graffiti adalah salah satu komunitas yang berkembang dan menjadi salah satu bagian dari masyarakat. Komunitas ini dapat juga disebut sebagai komunitas bomber, dimana bomber merupakan sebutan bagi pelaku graffiti. Graffiti pada awalnya merupakan kebudayaan anak muda di kota-kota besar di dunia. Selama berabad-abad sebelumnya, graffiti berfungsi untuk menandai keberadaan seseorang dan untuk mengungkapkan hal hal yang bersifat politis, seksual, intelektual, puisi tentang cinta, hingga hal-hal yang bersifat melawan kepada pemerintahan.
Graffiti sendiri berasal dari bahasa Italia, yakni, grate, yang memiliki arti "goresan" atau "tulisan". Seiring perkembangannya, graffiti telah menjadi seni jalanan di sudut-sudut kota. Semakin berkembangnya dunia graffiti, bermunculan juga bomber-bomber di seluruh dunia salah satunya di Indonesia. Meski banyak biaya yang dikeluarkan dan resiko yang harus ditempuh, Para bomber tersebut tetap beraksi.
Sejarah perkembangan graffiti
Grafiti (juga dieja grafitty atau grafitti) adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng.
Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.
Seni lukis Mesir banyak ditemukan pada berkas-berkas papirus, dinding kuburan, serta pada peti mati. Pada dasarnya seni lukis Mesir mempunhyai motif-motif yang sama dengan seni relief, yaitu tidak memperhatikan perspektif, jauh dekat maupun gelap terang. Warna-warna yang digunakan juga sangat sederhana. Untuk mewarnai gambar kulit laki-laki digunakan wrna coklat kemerah-merahan. Untuk mewarnai gambar kulit wanita digunakan warna kuning. Sedangkan untuk pakaian digunakan warna putih, serta untuk perhiasan digunakan warna merah, biru, dan hijau (Rasjoyo, 1994: 35).
Grafiti di Pompeii. Grafiti ini mengandung tulisan rakyat yang menggunakan bahasa Latin Rakyat dan bukan bahasa Latin Klasik. Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.
Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidak puasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.
Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.
Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Gang graffiti
Yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

2. Tagging graffiti

kantongcatatan.blogspot.com
kantongcatatan.blogspot.comYaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya.

Graffiti muncul di Indonesia sekitar tahun 1990-an yaitu pertama kali  muncul di daerah Jogjakarta. Graffiti sekarang mudah dijumpai di berbagai kota di Indonesia dan kebanyakan pelakunya adalah dari kalangan pelajar yang mengekpresikan ke tembok-tembok disudut kota.

Menurut Pujileksono (2006: 171), Graffiti merupakan bentuk seni lukis yang hanya ditemukan pada masyarakat kota. Meskipun dasar-dasarnya ditemukan pada kehidupan masyarakat primitif, sebelum mengenal media kertas dan kanvas, untuk menggambar dan menulis bisa dilakukan di batu-batu dan di kulit pohon. Secara substantive sebenarnya sama. Hanya saja Graffiti pada perkembangannya lahir  dari sikap protes dari kelompok seni rupa terhadap kemapanan. Baik kemapanan dalam bidang seni maupun yang lainnya. Menggambar / melukis di atas kertas atau kanvas dengan cat air, cat minyak dianggap bentuk kesenian yang konvensional. Graffiti yang menggunakan media tembok, cat minyak dan air brush, merupakan bentuk kesenian alternatif dan kontemporer. Kaidah-kaidah dalam seni lukis sebagian didobrak
kantongcatatan.blogspot.com
            Dari pengertian tersebut Graffiti lahir dan berkembang karena wujud dari sebuah protes  kelompok  seni rupa terhadap kemapanan dan menganggap seni lukis diatas media kertas maupun kanvas merupakan kesenian yang umum sering dilakukan atau biasa. Seniman disini ingin secara bebas mengungkapkan atau mengekspresiakan dirinya atas ketidak puasan terhadap pemerintahan.


Fungsi graffiti
kantongcatatan.blogspot.com
1.    Bahasa rahasia kelompok tertentu.
2.    Sarana ekspresi ketidak puasan terhadap keadaan sosial.
3.    Sarana pemberontakan.
4.    Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

2. Graffiti sebagai Kebudayaan Populer
Graffiti sebagai sebuah Kebudayaan Populer merupakan kebudayaan yang bersumber dari rakyat dan diperuntukan untuk rakyat. Oleh karena itu Graffiti merupakan sebuah bentuk kritikan atau sindiran atas ketidak puasan terhadap pemerintahan.
Sebagaimana halnya di Amerika Latin, kebudayaan populer menunjukan seni yang diproduksi dari dan untuk rakyat sebagai satu bentuk oposisi terhadap kebudayaan yang hegemonik (hegemonic culture) yang berasal dari kelas yang berkuasa (Kellner, 1995 : 34).
Awalnya, kebudayaan popular atau kebudayaan pop (pop culture) bersifat massal (umum), komersial, terbuka, dan lahir dari rakyat, dan tentunya disukai rakyat. Sehingga kebudayaan pop dikategorikan sebagai kebudayaan rakyat (folk culture), atau kebudayaan rendah (low culture). Bentuknya berupa musik, tarian, teater, gaya, ritual sosial, dan bentuk lain yang bersifat tradisional. Tumbuh pada tingkatan bawah (grass-root) sebagai perwujudan eksistensi dengan akses yang terbatas dan dicirikan dengan kesederhanaan. Oleh karena itu, kebudayaan pop dapat disimpulkan sebagai produk kultural yang berasal dari rakyat bawah (Irianto, 2008: 2). kebudayaan populer lazim disebut sebagai kebudayaan massa, mengacu pada perkembangan intelektual, spritual, dan estetis yang melekat pada diri individu, kelompok, dan  masyarakat (Irianto, 2008: 3).
Artifak-artifak kebudayaan populer adalah bagian dari perilaku, dan makna yang dikenakan kepada perilaku tersebut. Tetapi hal tersebut benar-benar merupakan aktivitas yang signifikan (Burton, 2008: 37).
Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa Fenomena Graffiti sudah ada sejak zaman mesir lukisan ini merupakan sarana  mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan. Di Pompaii sebagai sarana sepiritual dalam berburu masyarakat primitif. Di zaman Romawi merupakan  sarana menunjukkan ketidak puasan serta diRoma sebagai alat propaganda. Sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan, serta di amerika terdapat dua jenis graffiti yaitu gang graffiti dan Tagging graffiti. Dan Graffiti muncul di Indonesia sekitar tahun 1990-an yaitu pertama kali  muncul di daerah Jogjakarta. Graffiti sendiri memiliki fungsi yaitu:
1.      Bahasa rahasia kelompok tertentu.
2.      Sarana ekspresi ketidak puasan terhadap keadaan sosial.
3.      Sarana pemberontakan.
4.      Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

Graffiti lahir dan berkembang karena wujud dari sebuah protes  kelompok  seni rupa terhadap
kemapanan dan menganggap seni lukis diatas media kertas maupun kanvas merupakan kesenian yang umum sering dilakukan atau biasa.
kantongcatatan.blogspot.com

Pustaka
 Burton, Graeme. 2008. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.
Irianto, Agus Maladi. 2008. dalam Hand Out Pengkajian Kebudayaan Populer.
Pujileksono, Sugeng. 2006. Petualangan Antropologi. Malang: UMM Press.
Rasjoyo. 1994. Seni Rupa. Jakarta: Erlangga.
Wikipedia. “Graffiti”. (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/Grafiti (diakses 27       Desember 2010)
Share on Google Plus

About Kantong Catatan

Hai, terimakasih sudah berkunjung di laman saya. Perkenalkan saya M. Shidiq laksananto, senang menjalin pertemanan dengan siapa saja dan berdiskusi, termasuk kawan yang sedang membaca tulisan ini. Saya lahir di kota kecil, bagian dari Provinsi Jawa Tengah, yaitu Ungaran. Beribu kata yang mungkin tak dapat terlukiskan tentangnya. Berlatar belakang Gunung Ungaran yang tampak hijau dengan sederet cerita dan kenangan. Main – mainlah ke Ungaran kawan, nanti saya ajak berkeliling menikmati indahnya kota saya dan lezatnya asem – asem dan sambel tomat masakan ibu. Saya menyukai budaya dan sastra, hobi saya berpetualang, fotografi dan videografi. Selain itu, juga suka menulis. Saat ini saya bekerja sebagai fotografer dan videografer freelance di Kota Semarang. Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan siapa saja dan mendengarkan cerita serta pengalaman kawan semua. Selamat menikmati beberapa karya saya di laman ini. Saya ucapkan terima kasih kepada kawan – kawan yang sudah mengunjungi dan membaca laman saya. Doa – doa terbaik untuk kawan semua.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

bagikan