WONOGIRI, KEDAMAIAN TERCIPTA DI ANTARA BARISAN BUKIT DAN WADUK
Sabtu, 10 Januari 2015 hari itu merupakan saat – saat yang ku tunggu, hampir satu minggu tak bertemu dengan pujaan hati. Bersiap diri dari pagi agar terlihat lebih fanky. Setelah sholat subuh dan bersih – bersih kamar, aktivitas pertama yang ku lakukan adalah bersepeda pagi keliling kota Ungaran tempat kelahiranku, menikmati pemandangan dan kesejukan kota. Ungaran, beribu kata yang mungkin tak dapat ku lukiskan tentangnya. Berlatar belakang Gunung Ungaran yang tampak hijau dengan sederet cerita – cerita yang berkembang di masyarakatnya.
Setelah puas berkeliling pukul 10.30 wib aku sampai di rumah, memarkirkan sepeda di tempatnya. Mengambil segelas air dan membawanya untuk di minum di teras, segarnya air mengurangi rasa dahaga. Keringat yang mengucur membasahi seluruh badan. Kesegaran terasa di sekujur tubuh, tak sabar menanti sebuah pertemuan. Tiit…tiit…tiit… terdengar nyaring dari saku celanaku, tanda sebuah pesan sms masuk. Mulai ku buka sms dari siapa yang masuk, rasa penasaran hinggap di kepalaku. Rasa senang melihat sms dari sang pujaan hati, dengan seksama aku membacanya, kata demi kata. Sedikit kecewa setelah membaca smsnya, dia memintaku untuk tidak menemuinya dulu, karena ingin menghabiskan malam minggunya dengan teman – temannya. Kekecewaan ini tak lantas membuatku putus asa, terpikir dalam benak ingin mengunjungi rumah teman. Satu persatu teman – temanku dari luar kota aku bbm dan teman dari Wonogiri membalas bbm ku.
Ferdi namanya, teman sekantor dulu waktu bekerja di salah satu perusahaan di Semarang. Rumahnya dekat dengan Waduk Gajah Mungkur salah satu tempat yang ingin aku jejaki. Setelah saling berbalas pesan bbm aku pun mengutarakan niatku untuk berkunjung ke rumah dia, dengan senang hati dia mempersilahkan aku untuk kerumahnya. Kebetulan juga dia sedang berada di rumah. Sekitar pukul 12.00 wib setelah cukup beristirahat, aku pun mulai berkemas membawa pakaian secukupnya dan ku masukan ke dalam tas ransel. Setelah selesai berkemas, aku bergegas untuk mandi dan bersiap untuk melakukan sebuah Trip ke Wonogiri. Berharap ini dapat mengobati sedikit rasa kecewaku.
Pukul 13.00 wib setelah makan siang dan sholat zuhur aku berangkat dari rumah. Waktu yang ku tempuh kurang lebih tiga jam dan rute yang kulalui, yaitu Ungaran – Salatiga – Boyolali – Solo – Sukoharjo – Wonogiri. Trasportasi yang ku pakai seperti biasanya dalam tripku motor keluaran tahun 2003. Motor yang sudah cukup berumur, kurang lebih 12 tahun menemaniku. Walaupun sudah cukup berumur tetapi tenaganya masih boleh di adu. Motor terus ku pacu beradu dengan waktu, tak sabar kejutan apa nanti yang aku dapati di sana dan aku pun sudah sampai di Solo. Perasan was – was menyelimutiku ketika masuk di kota Solo, karena banyak jalan searah dan aku tidak begitu paham dengan jalannya. Traffic light demi traffic light aku bertanya ke sesama pengendara motor, karena memang kali pertama aku pergi sendiri ke Wonogiri. Setiap rambu – rambu jalan ku perhatikan dengan cermat dan sekitar pukul 16.00 wib sampai juga aku di kota Wonogiri. Sampai di Wonogiri perasan was – was juga menghampiriku, jalan yang masih begitu asing dan terdapat jalan satu arah. Aku berpatokan pada rambu – rambu penunjuk jalan yang mengarah ke Waduk Gajah Mungkur. Jalanan Wonogiri ku susuri, motor ku pacu perlahan – lahan sesampainya di pertigaan jalan yang mengarah ke PLTA dan Pracimatoro, aku putuskan untuk terus saja mengarah ke PLTA, di dalam benak menerka – nerka itu jalan yang benar. Semakin jauh berjalan aku berpikir tersesat, ku putuskan untuk berbalik arah dan memberi kabar temanku di pertigaan jalan sebelumya. Kami berbalasan pesan dan kuputuskan untuk balik lagi kearah kota dan berhenti di depan sebuah gedung besar yang pastinya orang tahu, yaitu gedung BKK Wonogiri. Pesan bbm pun ku trima, setelah ku baca dengan seksama teryata rumah ferdi berjarak kurang lebih 100 m dari pertigaan dan mengarah ke Pracimantoro.
Semburat Rona Merah Muda
Donoharjo itulah nama desa tempat temanku tinggal, jauh dari kebisingan kota, tempat yang cocok untuk mencari ketenangan dan inspirasi, serta penyegar dari penatnya aktivitas. Setelah sholat asar dan beristirahat sebentar lantas aku diajak menikmati sore di Wonogiri. Tempat pertama yang kami datangi adalah bendungan serbaguna Wonogiri, aku pun tak mengira jika tadi kesasar menuju tempat ini. Aku menyebutnya Bendungan view, karena letaknya di atas bendungan dan di ujung tebing, dengan pemandangan bendungan yang berlatar belakang deretan gunung lawu terlihat jelas dari sini sehingga menambah kecantikannya. Puas mengabadikan beberapa momen, aku diajak ke atas lagi berharap bisa melihat pemandangan yang lebih indah. Semakin ke atas jalanan berkelok – kelok dan semakin sempit, serta semak – semak yang tinggi hingga perjalanan kami terhenti di puncak gardu tower pemancar. Kami putuskan untuk turun bukit menuju gerbang PLTA. Setelah dari PLTA aku diajak ke tempat wisata Waduk Gajah Mungkur, waktu menunjukan pukul 17.00 wib, pintu masuk sudah ditutup tanda kunjungan telah usai, di kaca loket tertera tarif masuk kunjungan Rp 13.000,-/orang. Tutupnya pintu masuk tak membuat ferdi putus asa, dia pun mengajak aku untuk melewati pintu keluar. Setelah masuk motor ku parkir dan kami berjalan menuju bibir waduk melihat aktivitas para nelayan merapatkan prahunya. Sore itu sungguh cerah, di ufuk barat semburat rona merah muda mulai terlihat, sang surya mulai meredup perlahan tertutup barisan bukit. Kilauan pantulan cahaya menambah kekagumanku, rasanya ingin menghentikan waktu pada saat itu. Kecantiakan Ciptaan Tuhan begitu memesona, rasa takjub semakin membuat selalu bersyukur berdoa untuk dapat menikmati kuasamu di setiap perjalanan hidupku. Setiap momen ku abadikan, tak mau melewatkan kesempatan yang jarang di dapat setiap orang. Sayup – sayup suara azan magrib mulai berkumandang di setiap penjuru, pertanda kami harus segera pulang dan menunaikan sholat magrib. Berat rasanya melepas senja itu. Kau begitu cantik Indonesia. Tak mau terlena dan harus mensyukuri nikmatnya, kewajiban harus selalu ditunaikan.
Hari pun berganti malam, aku di ajak berkeliling kota Wonogiri dan menghabiskan malam minggu. Dari alun – alun hingga mencari nasi kucing yang enak dan di tutup dengan satu mangkuk bakso salah satu khas Wonogiri. Sebenarnya aku ingin mencicipi makanan tradisional khas Wonogiri yaitu tiwul, tapi keberuntungan belum berpihak padaku. Puas berkeliling dan perut kenyang kami putuskan pulang dan beristirahat
.
MINGGU, 11 JANUARI 2015
Pagi itu berharap dapat menikmati matahari terbit. Pukul 05.45 wib petualangan ku mulai menuju bukit joglo tempat landasan gantolle, sesuai saran dari ferdi. Sepanjang jalan yang kususuri di sebelah kananku menjulang bukit – bukit dan tebing tinggi yang cocok untuk spot panjat tebing, di sebelah kiriku terlihat Waduk Gajah Mungkur yang tampak semu – semu tertutup kabut pagi. Bukit Joglo terletak di sebelah utara Waduk Gajah Mungkur, dari kota Wonogiri menuju arah Pracimantoro, kanan jalan sebelum objek wisata Waduk Gajah Mungkur, terdapat gapura pintu masuk menuju tempat tersebut. Jalan menanjak dan meliuk – liuk bagai tarian ular. Sesekali aku berpapasan dengan warga setempat, kepolosan dan keramahan terlihat dari raut wajah mereka yang akan memulai aktivitas pagi itu.
Tragedi Baut Lepas

kecantikannya. Sejenak aku berdiam diri merasakan dan menikmati sejuk udara. Suara – suara burung berkicau terdengar begitu jelas saling bersautan menggambarkan kealamiannya. Setiap momen tak mau ketinggalan, ku abadiakan dalam bingkai kamera saku yang selalu ku bawa di setiap petualangan.
Landasan Tua
Matahari kian terik, perut mulai keroncongan lupa kalau aku belum sarapan, karena saking asiknya menikmati tempat – tempat yang indah dan membuaku seakan – akan terlena. Sebenarnya ingin berlama – lama di sini dan menjelajahi tempat – tempat tersembunyi yang menyajikan pesona alam Wonogiri, tapi aku harus menyudahi petualangan ku kali ini dan pulang kerumah tercinta. Tak sabar rasanya ingin ku ceritakan petualanganku ini pada dia.
0 comments:
Post a Comment